Selasa, 30 Desember 2008

Antara Banu Hasyim dan Banu Umayyah

KELUARGA ANTARA PENDOKONG (BANU HASYIM) DAN PENENTANG (BANU UMAYYAH)

Nama Banu Umayyah adalah disandarkan kepada keturunan Umayyah b. cAbd Shams b. cAbd Manaf b. Qusay. Umayyah adalah salah seorang pemimpin bangsa Quraisy pada zaman Jahiliyyah dan Banu Umayyah (keluarga Umayyah) adalah antara kumpulan paling kuat menentang Rasulullah s.a.w. sebelum memeluk Islam berbanding Banu Hashim (keluarga Hashim) yang menjadi penyokong kuat baginda s.a.w. Banu Umayyah merupakan antara kelompok terakhir yang memeluk agama Islam, tetapi kemudiannya mereka telah menunjukkan kepahlawanan yang cukup gemilang seolah-olah untuk menampung kembali penentangan mereka kepada Rasulullah s.a.w dan agama Islam sebelum itu.

Banu Hashim dan Banu Umayyah adalah dua keturunan cAbd Manaf yang cukup terkenal dengan ketokohan serta kepimpinan mereka. Namun demikian, Banu Umayyah sebenarnya memiliki lebih banyak kekayaan, lebih ramai keturunan dan mempunyai lebih ramai tokoh-tokoh pemimpin berbanding Banu Hashim. Kemuliaan pada zaman itu adalah dinilai dengan ramainya keturunan. Bahkan Banu Umayyah merupakan antara golongan korporat dan ahli perniagaan yang terkenal serta bangsa Arab Quraisy yang paling kaya.


Banu Umayyah memang cukup terkenal dengan kepimpinan dan ketokohon mereka dalam berpolitik sejak zaman Jahiliyyah lagi. Sebagai contoh, sepanjang Perang al-Fijar, Quraisy telah dipimpin oleh Harb b. Umayyah manakala selepas zaman Islam, semasa perang Uhud dan al-Ahzab ketua Kafir Quraisy adalah di bawah pimpinan Abu Sufyan b. Harb. Selepas Banu Umayyah memeluk Islam, mereka tidak menunggu lama untuk menggilap bintang ketokohan dan kepimpinan mereka. Antara yang paling awal menonjol ialah Yazid b. Abu Sufyan yang telah dilantik oleh Khalifah Abu Bakr s al-Siddiq ebagai salah seorang daripada empat panglima tentera untuk membuka Syam dan beliau kemudiannya telah dilantik sebagai gabenornya pada zaman Khalifah cUmar b. al-Khattab. Begitulah, akhirnya kepimpinan dan ketokohan mereka pada zaman jahiliyyah berpindah kepada kepimpinan mereka pada zaman Islam.

Selasa, 23 Desember 2008

Negara Pasundan Versi Kartalegawa


Oleh H. ROSIHAN ANWAR
SETELAH meliput Konperensi Malino sebagai wartawan Merdeka pertengahan Juli 1946, saat Letnan Gubernur Jenderal Van Mook memulai langkah ke arah pembentukan Negara Indonesia Timur sebagai pengimbang Republik Indonesia, bulan November saya terkejut karena di Bogor didirikan Partai Rakyat Pasoendan (PRP) yang menentang RI. Penggerak di belakang partai itu ialah eks Bupati Garut Raden Soeria Kartalegawa. Dia tidak suka dengan perjuangan kemerdekaan. Dia ingin kembali ke zaman feodal, tatkala kaum menak punya kedudukan istimewa dan seorang regent (bupati) dilayani oleh rakyat selaku abdi setia. Pada hematnya Urang Sunda juga kepingin balik ke zaman baheula yang bagus. Mereka tidak mau diperintah oleh seorang Gubernur Republik. Urang Sunda masih tergantung pada dalam-dalamnya. Maka tanggal 18 November 1946 dibentuklah PRP. Sedikit sekali orang yang menghadiri rapat pendiriannya. Yang datang pun tidak tahu apa tujuan rapat. Kendati begitu kejadian itu mendapat publisitas dalam mingguan yang diterbitkan oleh Dinas Penerangan Belanda (RVD) Pandji Rakjat yang dipimpin oleh pegawai Nica-Belanda Almasawa, keturunan Arab Palembang.
NEVIS Intel Belanda
Saya tidak tahu banyak tentang perkembangan politik di kalangan Urang Sunda waktu itu, sehingga sedikit informasi yang saya peroleh berasal dari penerbitan Nica seperti Pandji Rakjat. Baru kemudian saya baca dalam buku "Nationalism and Revolution in Indonesia" karangan George McTurnan Kahin (1952 - 238) bahwa Kartalegawa mendapat ide untuk membentuk PRP dari eks perwira KNIL Kolonel Santoso, penasehat politik Van Mook. Pelaksanaannya dibantu oleh intel militer Belanda NEVIS. Karena di zaman kolonial Soeria Kartalegawa telah mempunyai riwayat buruk, Van der Plas menamakan fraudeur alias koruptor, maka bukanlah dia yang menjadi ketua PRP. Fungsi ini diberikan kepada Raden Sadikin, pegawai pusat distribusi pangan milik Belanda di Bandung Utara. Sedangkan sebaga sekretaris dan bendahara ditunjuk dua orang yang sebelum perang menjadi sopir dan di zaman Jepang mandur kebun sayuran. Untuk anggota-anggotanya diusahakan "paksaan halus" dan semata-mata di daerah yang dikuasai oleh tentara Belanda. Soeria Kartalegawa dan PRP berusaha mewujudkan sebuah negara Sunda merdeka yang kelak akan jadi bagian dari Negara Indonesia Serikat dan sama sekali terlepas dari Republik Indonesia. Usaha ini mendapat dukungan Residen Belanda di Bandung M. Klaassen yang menulis sebuah laporan tanggal 27 Desember 1946.
Politik adu domba
Residen Preanger itu menulis dalam laporannya bahwa sejak berabad-abad lamanya ada persaingan antara orang-orang Jawa dan Sunda. Ini akibat perbedaan dalam adat, kebiasaan dan mentalitas. Oleh karena Republik dipimpin oleh orang-orang Jawa dan Minangkabau, maka menurut Klaassen PRP itu bisa dipandang sebagai suatu "gerakan rakyat spontan." Residen merasa berbahagia di Priangan timbul suatu gerakan anti-Republik. Banyak pejabat Belanda di Jawa Barat setuju dengan Klaassen. Asisten-Residen M. Hins di Bogor mengatakan gerakan PRP harus didukung betapa pun di antara pimpinannya terdapat orang yang tidak seluruhnya bisa dipercaya, Cuma mengutamakan kepentingan diri sendiri dan bukan karena mencintai tanah Pasundan. Pendapat ini juga disetujui oleh Gubernur Abbenhuis. Akan tetapi Letnan Gubernur Jenderal Van Mook tidak setuju dengan PRP, partai yang tidak berarti dan dipimpin oleh "tokoh korup oud-regent van Garoet".
Kup di Bogor
Kartalegawa menjadi nekad setelah melihat sikap Van Mook. Dengan bantuan pegawai-pegawai BB Beladna setempat dia mengangkat dirinya sebagai ketua PRP. Pada sebuah pertemuan taggal 4 Mei 1947 di Bandung yang dihadiri oleh 5000 orang dia memproklamasikan Negara Pasundan. Kendati dilarang oleh Van Mook pejabat Belanda setempat toh menyediakan truk-truk untuk mengangkut para pengikut Kartalegawa ke Bogor. Di sini mereka disambut baik oleh Kol. Thompson, komandan tentara Belanda dan Residen Statius Muller. Kemudian diulang lagi upacara proklamasi Negara Pasundan. Karena tindakan tadi pers Republikein menyatakan Soeria Kartalegawa sebagai musuh negara nomor satu dan memberikan kepadanya penamaan: "Soeria-Nica-Legawa". Ketika akhir bulan Mei Presiden Soekarno datang dari Yogya meninjau Jawa Barat ternyata sebagian besar rakyat Sunda menolak Kartalegawa. Bung Karno berpidato di berbagai tempat dalam bahasa Sunda. Rakyat menyambutnya dengan penuh semangat. Dalam rombongan Presiden ikut anggota parlemen Belanda mewakili Partai Buruh Lambertus Nico Palar yang datang meninjau Indonesia. Palar yang kelak jadi wakil Republik di PBB tahun 1948-50 mengatakan Soekarno masih didukung oleh banyak rakyat dan Soeria Kartalegawa dianggap pengkhianat. Tapi ini tidak mencegah Kartalegawa melancarkan gerakan kup di Bogor tanggal 23 Mei dengan menduduki kantor-kantor Republik serta stasiun, kemudian meminta perlindungan Kol. Thompson dan Residen Statius Muller yang diberikan dengan segala senang hati. Di pihak Republik semakin kental perasaan bahwa di balik tindakan gerakan Pasundan bersembunyi tangan Belanda yang jahat dan Soeria Kartalegawa hanyalah alat politik kolonial Belanda.***
Penulis, wartawan senior.
Sumber: Pikiran Rakyat, Selasa, 12 Desember 2006
--------------------------
Sebagai tambahan tanggal 23 Mei 1947 pelaku Kup Bogor adalah Mr Koestomo. Kup PRP versi Koestomo ini dibantu tentara Belanda. Yang dilakukan adalah selain perebutan kekuasaan politik juga pengambilan gedung-gedung pemerintah Republik Indonesia. Dalam peristiwa ini Residen Supangkat ditawan. Masalah PRP ini adalah pergolakan politik ala Jawa Barat yang menggambarkan warna warninya situasi saat itu khususnya pasca agresi militer Belanda pertama (Juli 1947). Belum lagi sempalan kaum Republik yang tersisa di Jawa Barat yang banyak melarikan diri kedaerah Bekasi, Kerawang, Purwakarta sampai Cirebon. Disana mereka membuat gerakan anti PRP. Cuma ekses negatif yang terjadi adalah teror, perampokan, pembakaran, pemekosaan dan sebagainya. Ahirnya tentara Belanda mengejar-ngejar kaum Republik ini dengan tuduhan terorisme.
Gambar atas : Bung Karno ahir Mei 1947 berkeliling Jawa Barat yang disambut rakyat.

Senin, 22 Desember 2008

Perjalanan Hijrah sejauh 447 kilometer

Pada 29 hb Disember 2008 ini kita akan memperingati sejarah Hijrah Rasulullah saw dari bumi Mekah ke Madinah. Baginda berjalan sejauh 447 kilometer, setelah mendapat izin dari Allah untuk keluar berhijrah.
Lihatlah begitu jauhnya perjalanan baginda semata-mata untuk menyebarkan Islam.
Lalu apakah sumbangan kita pada Islam? Kita akan memasuki tahun 1430 hijrah hanya beberapa hari lagi. Ayuh fikir sejenak sumbangan kita pada kerja yang telah dimulakan oleh junjungan besar kita saw. Apa yang telah kita wasiatkan pada anak2 kita agar mereka juga mampu menyumbang kepada usaha murni ini.
Ayuh semua, kita tunjukkan pada dunia betapa mulia dan agungnya Islam ini...

Sabtu, 20 Desember 2008

Musuh2 Islam


Apabila kita membaca sejarah Islam maka kita akan bertemu musuh-musuh Islam.
1. MUSYRIKIN MEKAH

2. YAHUDI
Banu Quraizah, Banu Nadhir dan Banu Mustalaq

3. PARSI

Ban
u Sasan yang memerintah Parsi antara tahun 226-651M seramai 30 orang raja iaitu 28 raja lelaki dan 2 orang wanita bermula ‘Ardashir b. Babik sehinggalah Yadzdajard b. Shahriyar.
4. BYZANTINE
(476-1453M) yang juga dikenali sebagai empayar Rom Timur adalah kesinambungan empayar Rom

5. GOTH

Bangsa Goth ialah etnik bangsa Jerman yang keluar daripada tanah asal mereka di Scandinavia ke kawasan Roman antara kurun ketiga hingga keenam masehi. Bangsa Goth terbahagi kepada dua bahagian iaitu Visigoth (goth barat) dan Ostrogoth (goth timur). Bangsa Visigoth ini telah bertapak di Semenanjung Iberia merangkumi Andalus dan selatan Perancis. Kerajaan goth ini telah menguasai Semenanjung Iberia sehinggalah pembukaan Islam pada tahun 711M

6. BARBAR

7. TENTERA SALIB
8. MONGOL




Jumat, 05 Desember 2008

Hebatnya Nabi Ibrahim...

Anda perasan tak antara nabi yang kita sebut namanya sewaktu kita solat ialah Nabi Ibrahim Khalilullah. Dia juga antara nabi Ululazmi yang lima.

Hari Raya Korban sewajarnya menjadi wadah untuk kita sama-sama mengambil pelajaran dari Nabi Ibrahim seterusnya berusaha mengikuti jejak loangkahnya.

Nabi Ibrahim antara nabi yang paling banyak menerima ujian Allah. Beliau diuji dengan bapanya, raja di zamannya, orang kampunghnya, isteri serta anaknya.

Bayangkanlah antara yang menentang kebenaran dakwahnya ialah bapa kandungnya sendiri. Bapa yang sememangnya mengenal anaknya sendiri.

Begitu juga orang kampungnya sendiri yang sepatutnya mengenal asal usulnya. Bahkan di saat beliau berada di kampungnya itulah beliau telah dibakar oleh rajanya sendiri.

Seterusnya Nabi Ibrahin diuji lagi apabila terpaksa meninggalkan kampung halamannya di Iraq, meredah ribuan batu untuk menuju ke Palestine. Dari sebuah negeri yang panas terik ke sebuah negeri yang mempunyai salji dan musim sejuk.

Tidak cukup dengan itu, Nabi Ibrahim diuji dengan tidak dikurniakan anak sehingga usia tua. Namun beliau sabar, tabah...

Setelah doanya dikabulkan Allah, lalu dukurniakan zuriat, diperintahkan pula untuk meninggalkan si anak yang masih kecil bersama ibunya di satu lembah yang kering kontang iaitu Mekkah. Yang ketika itu tiada berpenghuni. Meninggalkan si isteri dan si anak yang kecil sendirian tanpa sesiapa yang menjaga mereka. Namun beliau yakin dengan Yang Maha Memelihara iaitu Allah....

Tapi kita, yakinkah kita dengan Allah, bantuan Allah? Ayuh jawablah dengan suara hati kita yang ikhlas. Benarkah kita betul-betul yakin dengan Allah. Mengapa hati kita dibelenggu sehingga kita tidak yakin. Kerana hati kita kotor...

Kemudia Dia diuji lagi untuk kesekian kalinya. Apabila si anak telah membesar, Dia pun pergi menemuinya. Bertemu dengan si anak yang mahu membesar setelah sekian lama tidak bertemu. Bertemu untuk menumpahkan kasihnya pada si anak kesayangannya.

Namun ujian buatnya tidak terhenti. Dia bermimpi untuk menyembelih si anak yang kecil itu. Diberi wahyu melalui mimpi agar Dia menyembelih anak yang baru didakapnya, baru dilimpahkan kasih sdayangnya. Ujian apakah ini? Ya, ini adalah ujian dari Tuhan Yang Menjadi Kamu wahai Ibrahim...

Dengan penuh iman, Dia patuh dan setia melaksanakan perintah besar ini. Semuanya kerana menjunjung perintah Tuhan Sekalian Alam. Wahai Nabi Ibrahim! walaupun engkau begitu kasih pada anakmu Ismail, namun kasih mu pada Allah lebih agung dan lebih tinggi. Allahu Akbar.

Di mana kita semua? Di mana kita letakkan kasih kita pada Yang Menjadika kita? Mengapa di setiap kali doa kita selepas solat kita hanya pohonkan untuk kepentingan duniawi kita. Mana munjat kita untuk Tuhan Yang Menjadikan kita.

Yang memberi kita wang ringgit tetapi tidak meminta kita pulangnya kembali padanya. Yang memberi kita cahaya untuk kita bergerak, udara untuk kita bernafas lalu hidup, bumi untuk kita bergerak, anak isteri untuk kita saling berkasih sayang.

Tetapi apa yang kita balas untuk-Nya. Ayuh! semua kita perbanyakkan istifgfar untuk diri kita. Kita leka dengan mencari kepuasan untuk diri kita semata-mata.
◄ New Post Old Post ►
 

Copyright 2012 Liputan Sejarah Indonesia: Desember 2008 Template by Bamz | Publish on Bamz Templates