Jumat, 25 Agustus 2006

Westerling adalah seorang prajurit petualang ?

Westerling bukan seorang algojo atau pahlawan. Dirinya menurut saya hanya sekedar seorang prajurit petualang, Soldier of Fortune.. Alasan saya ini didasarkan :
1. Pertama, kesimpulan saya (bukan hasil penelitian yang perlu waktu lebih banyak) diambil dari pengamatan semata dari internet. Yaitu dari Wikipedia soal tokoh Raymond Pierre Paul Westerling dan Tentara Bayaran atau Mercenaries yang sering digelari juga "Soldier of Fortune" dan juga dari sumber lain yang saya ketahui. Sebagaimana tertulis disana Westerling direkrut Belanda sebagai Sukarelawan kemudian dilatih di Inggris dalam sekolah komando. Awalnya ditugaskan bersama kesatuan Inggris di India, kemudian setelah Jepang kalah tahun 1945 ditugaskan di Sumatera Utara. Kemungkinan besar hal ini dikaitkan dengan kegiatan RAPWI (Recovery of Allied Prisonersof War). Karena keberanian dan kemampuan militernya untuk melindungi kaum interniran Eropah dikota Medan (baca. van de Velde. Surat-surat dari Sumatera) dirinya menjadi terkenal sehingga dipuja jadi pahlawan. Tapi hal ini mungkin selesai setelah perang berahir. Setelah itu orang-orang Belanda tidak seperti itu lagi. Mereka paham bahwa Westerling bukan Pahlawan lagi karena perbuatannya sebenarnya banyak yang melawan hukum.
2. Mungkin sekitar tahun 1945-1946, Westerling diangkat sebagai komandan kesatuan DST (Depot Speciale Troepen). Dan pada Desember 1946, bersama pasukannya dan pasukan lain, ditugaskan di Sulawesi Selatan untuk menangani kerusuhan yang ditimbulkan oleh pasukan Indonesia (usaha penumpasan kerusuhan ini disebut sebagai Counter Insurgency). Dalam konflik bersenjata ini Westerling bertindak diluar batas kewenangannya sebagaimana yang tertulis dalam buku hukum militer VPTL (Voorschrift voor de uitoefening van de Politiek-Politionele Taak van het Leger). Rupanya pemerintah Hindia Belanda amat menganggap buku VTPL merupakan pedoman counter Insurgency yang harus dipatuhi. Tindakan diluar hukum militer antara lain berbentuk apa yang diberitakan surat kabar sebagai "Peristiwa Pembantaian Westerling". Dalam poster yang beredar di Jawa, Westerling dan pasukannya dituduh telah membantai 40.000 orang penduduk, walaupun angka ini belum pernah dibuktikan kebenarannya. Menyadari ini semua dan atas desakan sejumlah petinggi di Makassar dan Batavia, pemerintah Hindia Belanda ahirnya menarik Westerling. Atas perbuatannya yang sama di Jawa Barat pada pertengahan April 1948, dilanjutkan juga perbuatan pelanggaran hukum militer ditempat lain, maka berdasarkan keputusan Panglima KNIL Jenderal Spoor pada tanggal 16 November 1948, Westerling diberhentikan sebagai komandan DST dan dinas militer. Setelah itu statusnya adalah orang sipil. Melihat kenyataan ini, kalau benar Westerling melawan ketentuan pemerintah sebagaimana peraturan hukum militer. Maka dia dikategorikan bukan algojo pemerintah, tapi petualang yang hobinya membunuh orang ?.
3. Pada akhir tahun 1949, terdengar khabar bahwa Westerling berhasil mengumpulkan sejumlah orang bersenjata, serta mengadakan latihan-latihan kemiliteran. Tidak jelas mereka berasal dari kesatuan mana ?. Tapi ini rupanya adalah para prajurit KNIL yang tidak bersedia pindah kepada kesatuan APRIS. Disamping itu dorongan bisnis petualang militer mulai berkembang karena adanya dukungan Negara Pasundan dan Darul Islam yang pikirannya sejalan untuk melawan R.I.. Jadi kebutuhan kesatuan militer swasta itu, mirip seperti yang kita dengar sekarang sebagai PMC (Private military companies) mungkin ?. Hal ini menjadi jelas ketika nama "RAPI" (Ratu Adil Persatuan Indonesia) muncul yang memiliki angkatan bersenjata bernama "APRA" (Angkatan Perang Ratu Adil). Kegiatan aksinya dimulai di Bandung tanggal 23 Januari 1950, dengan melakukan teror dan pembunuhan terhadap sejumlah anggota SILIWANGI. RAPI juga berhasil melibatkan Jenderal Mayor Hamid Alkadri, Sultan Pontianak dan menteri kabinet RIS. Tapi mungkin karena kurang bisa berpetualang, Hamid akhirnya ditangkap dan dipenjara selama 10 tahun. Demikian pula pasukan APRA yang tidak berhasil ditumpas APRIS, semuanya jadi penghuni penjara-penjara militer. Westerling sendiri, atas dukungan sejumlah pejabat sipil dan militer, berhasil diloloskan keluar negeri. Inggris yang menangkapnya di Singapura, menolak untuk mengextradisikannya kembali ke Indonesia. Kasus Westerling sebagaimana biasanya suatu kesatuan tentara petualang yang bukan liar tapi tidak resmi, adalah sebuah operasi intelijen untuk melumpuhkan lawan. Setelah tidak berguna lagi, jejaknya harus dihapuskan. Setelah kembali ke Belanda melalui Belgia pada April 1952, Westerling bebas-bebas saja selaku warga negara Belanda lainnya. Dan pemerintah Indonesia juga tidak terlalu antosias untuk mempersoalkannya. Justru Duta besar Indonesia menjadi amat tersinggung karena dengan sombongnya Westerling pernah mengatakan bahwa dia enggan membunuh Presiden Soekarno ketika berpetualang di Indonesia, karena Bung Karno hanya berharga 5 sen, sedangkan proyek itu memerlukan sebuah peluru seharga 35 sen. Sungguh sangat keterlaluan.......Insting petualangannya belakangan pernah akan kejadian lagi, ketika Amerika menawarkan bisnis tersebut dalam perang Vietnam. Kelanjutannya tidak jelas. Mimpi-mimpinya jadi seorang konseptor pembangunan kesatuamn militer swasta mungkin dapat menginspirasikan pembuatan novel bak cerita Dogs of War atau The Wild Geese, barangkali ?
Foto, Westerling dihari tuanya, hidup tenang di Belanda.

Rabu, 23 Agustus 2006

F.J.GOEDHART DALAM KENANGAN

Wartawan senior Rosihan Anwar menulis dikoran KOMPAS pada tanggal 16 Agustus 2006 tentang pengalaman pribadinya menghadiri malam resepsi di istana Yogya pada tanggal 17 Agustus 1946. Bersamanya adalah wartawan Frans J.Goedhart. Siapakah F.J.Goedhart ini ?.
Dia dilahirkan dikota Amsterdam pada tanggal 25 Januari 1904 dan meninggal 3 Maret 1990. Karirnya dimulainya sebagai anggota partai komunis Belanda sampai tahun 1934. Kemudian tidak berpartai sampai tahun 1946. Sejak februari 1946 sampai Mei 1970 anggota partai buruh Belanda atau Pvda (Parrtij van de Arbeid). Sejak tahun 1970 sampai ahir hayatnya merupakan anggota partai DS ‘70 (Democratisch Socialisten). Selama hidupnya dia mengabdi pada bidang kewartawanan. Pernah menjadi wartawan koran “de Telegraaf” pada tahun 1924—1926. Dan “Het Parool’ pada tahun 1945—1946. Pada tahun 1945—1946, Frans Goedhaert diangkat menjadi anggota Tweede Kamer (Parlemen Belanda). Saat itulah dia berkunjung ke Indonesia. Ketika pulang ke Belanda dibuatnya karangan yang amat menarik berjudul “Terug uit Djokja”. Selain tulisan Rosihan, nampaknya Frans Goedhart bukan orang asing untuk Republik Indonesia. Pembelaannya terhadap republik muda bekas jajahan bangsanya amat tulus dan bersifat pembelaan. Cobalah simak tulisan pada “Documenta Historica” halaman 383 ini : AGUSTUS 20.1946. Frans Goedhart seorang wartawan dan anggota parlemen Belanda, ketika mengunjungi Djokjakarta pada hari ulang tahun pertama Republik Indonesia menerangkan kepada wartawan dikota tersebut, bahwa apa yang disampaikan kepadanya sebelum berangkat , yaitu dibagian dalam Djawa keadaan kacau, adalah tidak benar sekali. “Saya telah mempersaksikan sendiri keadaan disini” kata Goedhart. “Tidak ada tanda-tanda terjadinya perampasan rumah, pembunuhan atau kerusuhan2”. Bicara tentang kemungkinan-kemungkinan , bahwa pertikaian politik antara Indonesia-Belanda dapat dibereskan dengan selekasnya, ia menyatakan bahwa ia agak cemas karena penyelesaian secara damai tampak-tampaknya sulit pada waktu ini dan ditegaskannya bahwa Bangsa Belanda semestinya menjalankan daya upaya sedapat-dapatnya untuk menghindari peperangan. Goedhart menerangkan, “Kami Bangsa Belanda tidak bermaksud menjadi tuan disini, juga kami tidak berkeinginan menjadi wali, akan tetapi kami berkehendak menjadi kawan Bangsa Indonesia dst. Goedhart sebuah nama yang sesuai dengan sifatnya yang baik hati.

Senin, 21 Agustus 2006

Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar

p
Siapakah Pangeran Antasari ? . Kalau kita bertanya hal tersebut, anak muda Jakarta pasti menunjuk salah satu jalan di Jakarta Selatan . Tapi adakah yang mengenalnya ?. Amat terbatas. Padahal BI akan melukis pada mata uang yang akan diterbitkan sebentar lagi. Rupanya dibanding dengan Jawa dan Sumatera, Kalimantan amat terbatas memunculkan pahlawan-pahlawannya. Dari yang sedikit itu, terdapatlah nama Antasari. Beliau sempat melakukan peperangan dengan Belanda pada abad ke 19. Belanda melaksanakan perang kolonialnya, antara lain dengan maksud melakukan annexasi wilayah Kalimantan Selatan. Sebagaimana tertulis dalam sejarah nasional, Banjarmasin merupakan pusat kesultanan yang cukup maju. Tapi pada permulaan abad ke 19, relatif mereka sudah dikuasai pihak Belanda. Ketika Sultan Adam (1825-1857) meninggal dunia, Belanda mengangkat cucunya yaitu Pangeran Tamjidillah menjadi Sultan. Putra Sultan Adam yaitu Pangeran Abdulrachman, ayah Tamjidillah, telah meninggal lebih dahulu pada tahun 1852. Pengangkatan ini rupanya menimbulkan masalah, karena Ibu Tamjidillah adalah orang Cina yang merupakan hal amat memberatkan masyarakat muslim untuk dapat menerimanya. Apakah ini berkaitan soal sara barangkali, tentunya perlu dilakukan penelitian kearah itu. Tapi rupanya keberatan lain pada pengangkatan Tamjidillah, adalah kesenangannya pada minuman keras dan bermabuk-mabukan. Rupanya kalangan umum lebih menyukai putra Abdulrachman yang lain yaitu Pangeran Hidayatullah. Dia selain putra dari Ibu bangsawan, juga berperangai baik. Tetapi Tamjidillah sudah didukung dan ditetapkan Belanda sebagai suksesor. Keruwetan politik dalam negeri Kesultanan banjar ini ahirnya menimbulkan meletusnya Perang banjar selama 4 tahun (1859 – 1863). Pada periode konflik fisik itulah, yaitu pada tahun 1859, muncul seorang pangeran setengah baya yang telah disingkirkan haknya, memimpin perlawanan terhadap Belanda. Dialah Pangeran Antasari yang lahir tahun 1809. Pangeran berwajah ganteng ini, telah bekerja sama dengan para petani. Dua tokoh pimpinan kaum petani saat itu Panembahan Aling dan Sultan Kuning, telah membantu Antasari untuk melancarkan serangan besar-besaran. Mereka menyerang pertambangan batubara Belanda dan pos-pos misionaris serta membunuh sejumlah orang Eropah. Sehingga pihak Kolonial mendatangkan bantuan besar-besaran. Antasari kemudian bergabung dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Marthapura, Barito, Pleihari, kahayan, Kapuas, dan lain-lain. Mereka bersepakat mengusir Belanda dari Kesultanan Banjar. Maka perang makin menghebat, dibawah pimpinan Pangeran Antasari. Pernah pihak Belanda mengajak berunding, tetapi Pangeran Antasari tidak pernah mau. Daerah pertempurannya meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Pada tahun 1862 Pangeran Antasari merencanakan suatu serangan besar-besaran terhadap Belanda, tetapi secara mendadak, wabah cacar melanda daerah Kalimanatan Selatan, Pangeran Antasari terserang juga, sampai ia meninggal pada 11 Oktober 1862 di bayan Begak, Kalimantan Selatan. Kemudian ia dimakamkan di Banjarmasin. Perlawanan orang Banjar ahirnya bisa mulai ditumpas pada tahun 1860, meskipun untuk ini dibutuhkan beaya sangat besar. Lalu sejak saat itu, pihak Kolonial menghapus kerajaan Banjar, Namun demikian pertempuran masih berlangsung terus dan baru berahir secara total pada tahun 1863. Setelah Antasari wafat, kepemimpinan rakyat Banjar dilanjutkan oleh keturunan dan kerabatnya. Sebagaimana ditulis dalam Banjarmasin Post, 19 Agustus 2006, rupanya gambar yang menjadi referensi wajah untuk lukisan pada uang kertas yang akan datang itu, masih disangsikan kebenarannya. Tidak kurang janda almarhum pelulkisnya yang bernama Hasan Salman, menyatakan bahwa lukisan itu fiktif dan merupakan campuran dari 5 wajah orang. Nyatakah Pangeran Antasari ?. Tentu saja, bukankah ada makamnya !. Lalu kenapa tidak ada foto atau lukisan dirinya itu ?. Inilah pentingnya sejarah kita, sejarah nasional yang harus ditekuni penelitiannya dengan baik. Supaya jasa orang yang katanya amat besar ini dapat dilestarikan bagi anak cucu. (RSH)
◄ New Post
 

Copyright 2012 Liputan Sejarah Indonesia: Agustus 2006 Template by Bamz | Publish on Bamz Templates